Friend Connect

Selasa, 28 Desember 2010

Bencana dan Mistis

Akhir-akhir ini di negeri kita Indonesia banyak sekali mengalami bencana. Di mulai dari serentetan gempa yang melanda di berbagai belahan di Indonesia, tsunami dan gunung meletus yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia. Banyak sekali respons dari masyarakat yang mencoba menanggapi adanya bencana itu. Dimulai dari para akademisi yang melihat dari sudut pandang ilmiah dengan bekal ilmu pengetahuan yang ia peroeh. Ia beranggapan bahwa gejala alam dapat di prediksi dengan menggunakan penelitian secara ilmiah. Diteruskan dengan “orang tua” ( para normal/ tokoh agama) yang mencoba melihatnya dari sudut pandang mistis dan religis yang kadang bisa dikatakan tidak masuk akal bagi orang yang tidak percaya dengan hal-hal seperti itu. Tapi yang jelas pandangan itu masih sering terjadi di Negara ini. Diantara keduanya saling mengokohkan pendapatnya masing-masing. Selanjutnya yang akan saya bahas yaitu kenapa hal itu bias terjadi? Apa yang melatar belakangi dari pemikiran tersebut?

Indonesia merupakan Negara kepulauan yang secara historis bernenek moyang dari banyak orang di dunia. Adanya evolusi yang terjadi dimulai dari jaman animism , dynamism dan sampai sekarang sudah mempunyai agama. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Auguste Comte yaitu three law stages ( hukum tiga tahap ) yang menyatakan bahwa perkembangan manusia melewati tiga tahap yaitu; tahap teologis, metafisis dan positifis. Semua ini tentunya mempunyai hubungan yang cukup erat dengan keadaan yang ada dalam masyarakat saat ini. Di era yang bisa dikatakan sudah menginjak modern, perkembangan teknologi semakin maju akantetapi untuk masalah mistis di

Indonesia khususnya belum sepenuhnya hilang.
Menurut asal katanya, kata mistik berasal dari bahasa Yunani mystikos yang artinya rahasia (geheim), serba rahasia (geheimzinnig), tersembunyi (verborgen), gelap (donker) atau terselubung dalam kekelaman (in het duister gehuld).
Berdasarkan arti tersebut mistik sebagai sebuah paham yaitu paham mistik atau mistisisme merupakan paham yang memberikan ajaran yang serba mistis (misal ajarannya berbentuk rahasia atau ajarannya serba rahasia, tersembunyi, gelap atau terselubung dalam kekelaman) sehingga hanya dikenal, diketahui atau dipahami oleh orang-orang tertentu saja, terutama sekali penganutnya.
Menurut buku De Kleine W.P. Encylopaedie (1950, Mr. G.B.J. Hiltermann dan Prof.Dr.P. Van De Woestijne halaman 971 dibawah kata mystiek) kata mistik berasal dari bahasa Yunani myein yang artinya menutup mata (de ogen sluiten) dan musterion yang artinya suatu rahasia (geheimnis).
Beberapa pendapat tentang paham misitk atau mistisisme :
• Kepercayaan tentang adanya kontak antara manusia bumi (aardse mens) dan tuhan (Dr. C.B. Van Haeringen, Nederlands Woordenboek, 1948).
• Kepercayaan tentang persatuan mesra (innige vereneging) ruh manusia (ziel) dengan Tuhan (Dr. C.B. Van Haeringen, Nederlands Woordenboek, 1948).
• Kepercayaan kepada suatu kemungkinan terjadinya persatuan langsung (onmiddelijke vereneging) manusia dengan Dzat Ketuhanan (goddelijke wezen) dan perjuangan bergairah kepada persatuan itu (Algemeene Kunstwoordentolk, J. Kramers. Jz).
• Kepercayaan kepada hal-hal yang rahasia (geheimnissen) dan hal-hal yang tersembunyi (verborgenheden). (J. Kramers. Jz).
• Kecenderungan hati (neiging) kepada kepercayaan yang menakjubkan (wondergeloof) atau kepada ilmu yang rahasia (geheime wetenschap). (Algemeene Kunstwoordentolk, J. Kramers. Jz).
Selain diperolehnya definisi, pendapat-pendapat tentang paham mistik diatas berdasarkan materi ajarannya juga memberikan adanya pemilahan antara paham mistik keagamaan (terkait dengan tuhan dan ketuhanan) dan paham mistik non-keagamaan (tidak terkait dengan tuhan ataupun ketuhaan).
Ajaran dan Sumbernya
Subyektif
Selain serba mistis, ajarannya juga serba subyektif tidak obeyktif. Tidak ada pedoman dasar yang universal dan yang otentik. Bersumber dari pribadi tokoh utamanya sehigga paham mistik itu tidak sama satu sama lain meski tentang hal yang sama. Sehingga pembahasan dan pengalaman ajarannya tidak mungkin dikendalikan atau dikontrol dalam arti yang semestinya.
Biasanya tokohnya sangat dimuliakan, diagungkan bahkan diberhalakan (dimitoskan, dikultuskan) oleh penganutnya karena dianggap memiliki keistimewaan pribadi yang disebut kharisma. Anggapan adanya keistimewaan ini dapat disebabkan oleh :
1. Pernah melakukan kegitan yang istimewa.
2. Pernah mengatasi kesulitan, penderitaan, bencana atau bahaya yang mengancam dirinya apalagi masyarakat umum.
3. Masih keturunan atau ada hubungan darah, bekas murid atau kawan dengan atau dari orang yang memiliki kharisma.
4. Pernah meramalkan dengan tepat suatu kejadian besar/penting.
Sedangkan bagaimana sang tokoh itu menerima ajaran atau pengertian tentang paham yang diajarkannya itu biasanya melalui petualangan batin, pengasingan diri, bertapa, bersemedi, bermeditasi, mengheningkan cipta dll dalam bentuk ekstase, vision, inspirasi dll. Jadi ajarannya diperoleh melalui pengalaman pribadi tokoh itu sendiri dan penerimaannya itu tidak mungkin dibuktikannya sendiri kepada orang lain. Dengan demikian peneriamaan ajarannya hampir-hampir hanya berdasarkan kepercayaan belaka, bukan pemikiran. Maka dari itulah diantara kita ada yang menyebutnya paham, ajaran kepercayaan atau aliran kepercayaan (geloofsleer).
Mengingat pengajarannya tidak mungkin dikendalikan dalam arti semestinya, maka paham mistik mudah memunculkan cabang baru menjadi aliran-aliran baru sesuai penafsiran masing-masing tokohnya. Atau juga sebaliknya mudah timbul penggabungan atau percampuran ajaran paham-paham yang telah ada sebelumnya.
Karena serba mistik maka paham mistik atau kelompok penganut paham mistik tidak terlalu sulit digunakan oleh orang-orang yang ada tujuan tertentu dan yang perlu dirahasiakan karena menyalahi atau bertentangan dengan opini umum atau hukum yang berlaku sebagai tempat sembunyi.
Abstrak dan Spekulatif
Materinya serba abstrak artinya tidak konkrit, misal tentang tuhan (paham mistik ketuhanan), tentang keruhanian atau kejiwaan, alam di balik alam dunia dll (paham mistik non-keagamaan). Dengan demikian pembicaraannya serba spekulatif, yaitu serba menduga-duga, mencari-cari, memungkin-mungkinkan dll (tidak komputatif). Pebicaraannya serba berpanjang-panjang, serba berlebih-lebihan dalam arti melebihi kewajaran atau melebihi pengetahuan dan pengertiannya sendiri (meski sudah mengakui tidak tahu, masih mencoba memungkin-mungkinkan). Oleh karena itu di kalangan penganut paham mistik tidak dikenal pembahasan disiplin mengenai ajarannya sebagaimana yang berlaku dalam diskusi atau munaqasyah.
Sebab orang menganut paham mistik
1. Kurang puas yang berlebihan, bagi orang-orang yang hidup beragama secara bersungguh-sungguh merasa kurang puas dengan hidup menghamba kepada tuhan menurut ajaran agamanya yang ada saja.
2. Rasa kecewa yang berlebihan, Orang yang hidupnya kurang bersungguh-sungguh dalam beragama atau orang yang tidak beragama merasa kecewa sekali melihat hasil usaha umat manusia di bidang science dan teknologi yang semula diandalkan dan diagungkan ternyata tidak dapat mendatangkan ketertiban, ketentraman dan kebahagiaan hidup. Malah mendatangkan hal-hal yang sebaliknya. Mereka 'lari' dari kehidupan modern menuju ke kehidupan yang serba subyektif, abstrak dan spekulatif sesuai dengan kedudukan sosialnya.
3. Mencari hakekat yang sebenarnya, orang yang ingin mencari hakekat hidup sebenarnya juga ada yang terjebak bahwa kebenaran hanya akan didapat dari pengalaman mistiknya.
Diantara mereka masih ada yang berusaha merasionalkan ajaran paham mistik yang dianutnya, dan ada pula yang tegas-tegas lepas sama sekali dari tuntutan kemajuan zaman ini.
Jadi jika kita perhatikan apa sebenarnya hubungan antara mistis dengan bencana yaitu karena bencana merupakan gejala alam yang “abstrak” dalam hal ini yaitu susah di prediksi kapan akan terjadinya bencana tersebut, selain itu manusia juga tidak bisa memprekdiksikan secara tepat seberapa besar bencana yang akan ia hadapi. Hal inilah yang kemudian banyak orang melihat bahwa bencana itu merupakan kejadian yang mistis, yang bersumber dari kakuatan gaib yang ia percayai.
Sumber :
MH Amien Jaiz, Masalah Mistik Tasawuf & Kebatinan (PT Alma'arif, Bandung, Cetakan 1980)
Siahaan, Hotman M. 1986. Pengantar ke Arah Sejarah dan Teori Sosiologi. Jakarta: Erlangga.
Ritzer, George & Douglas J. Goodman. 2005. Teori Sosiologi Modern. Penyadur: Alimandan. Jakarta: Kencana
Seputar Mistisme dalam; http://id.wikipedia.org/wiki/Mistisisme






Be Differ

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Online Project management