Friend Connect

Minggu, 02 Januari 2011

Pasar Modern vs Pasar Tradisional

Ketika saya masih kecil dulu ibuku sering mengajaku untuk pergi ke suatu tempat yang disitu banyak orang dengan daganganya masing-masing dan saling menawarkan produknya dengan gaya dan strateginya sendiri-sendiri supaya ada konsumen yang membelinya, dengan tempat yang sempit, gelap dan kalau hujan akan becek serta kotor. Yah dan itulah salahsatu contoh dari keadaan pasar tradisional di daerah saya pada saat itu.
Ketika saya sudah mulai beranjak usia dan mulai terpengaruhi oleh pelekatan merek, saya dan teman-teman saya sering main ke suatu tempat yang bagus, bersih dan di situ menjual berbagai jenis pakaian yang beraneka ragam layaknya pasar tradisional hanaya saja produk yang di jualnya lebih mahal dan berkelas. Tempat inilah yang di sebut dengan pasar Modern atau Mall.

Diantara keduanaya jika dilihat dari aktifitas yang dilakukan tidak jauh berbeda. Pasar tradisional dan pasarmodern sama-sama berkiprah di bidang perniagaan. Keduanya saling menjual produk dan disitu juga mempunyai pembeli/ pelanggan masing-masing. Hanya saja yag menjadi perbedaan yaitu kondisi daripada tempatnya dan system penjualanya.
Ciri-ciri dari Pada pasar tradisional yaitu tempatnya terkesan biasa-biasa saja, sederhana, gelap dan terkadang becek saat musim hujan. Hal ini karena pada pasar tradisional dibuat oleh pemerintah yang mana pemerintah hanya menyediakan tempat yang sedehana, setelah itu para penjual bisa memakai tempat tesebut. Akantetapi jika kita lihat saat ini ada juga pasar tradisional yang bagus, tempatnya tidak akan becek karena sudah menggunakan alas keramik, tempaynya terang dan bersih layaknya pasar modern. Biasanya pasar-pasar yang seperti ini ada pada kota-kota besar seperti di Jakarta, Surabaya, semarang dan pada ibukota-ibukota pada setiap daerah hampir memiliki. Hal ini merupakan strategi pemerintah untuk proteksi terhadap para pedagang tradisional terhadap maraknya pasar-pasar modern yang ada saat ini.
Ciri pasar tradisioal yang selanjutnya yaitu pada system jual belinya atau akadnya. Pada pasar tradisioal system tawar menawar biasa dilakukan. Pembeli bloeh menawar harga barang yang di tentukan oleh para penjual hingga terjadi suatu kesepakatan diantara keduanya.
Sedangkan ciri pasar modern yaitu dia memunyai fasilitas yang sangat menarik seperti tempat yang bersih, tidak akan pernah becek dan kegelapan, dan hampir semua pasar modern sudah menggunakan AC semua, sehinnga pengunjung bisa merasakan kenyamanan dalam berbelanja. Ciri yang selanjutnya yaitu system tawar menawar jarang dilakuan, atau bisa dkatakan hampir tidak ada. Harga barang yang ada sesuai dengan yang tertera pada label. Hal ini akan sangat disukai bagi orang-orang yang memang tidak mau di ributkan dengan proses tawar menawar. Untuk memikat para pengunjung atau konsumen pasar modern biasanya menggunakan system diskon belanja dan system kupon untuk undian hadiah.
Diantara kedua pasar tersebut sebenarnya sudah memiliki konsumen masing-masing. Karena keduanya di desain sesuai dengan perkembangan kebutuhan manusianya. Pada pasar tradisional disitu akan banyak dijumpai orang-orang dari golongan menengah ke bawah. Sedangkan pada pasar modern kebanyakan konsumenya adalah dari golongan menegah ke atas.
Saat ini hal tersebut diatas tidak bisa digunakan sebagai patokan yang mutlak. Sekarang diantara kedua tempat tersebut tidak dibatasi ststus social. Banyak juga orang dari golongan menegan keatas yang berbelanja di pasar tradisional. Begitu juga sebaliknya banyak dari golongan menegah kebawah yang berbelanja ke pasar modern. Mereka memanfaatkanya sesuai dengan kebutuhan.
Yang terpenting disini yaitu bagaimana diantara keduanya dapat saling tumbuh bersama dalam memenuhi kebutuhan masayarakatnya.
Sumber :
Opini Penulis.

Transportasi umum ( Public Transportation )

Apa yang pertama kali ada di benak anda ketika mendengar transportasi public? Apakah ia merupakan transportasi yang murah yang sering di gunakan oleh para pelajar untuk pergi ke sekolah, apakah ia merupakan transportasi yang kumuh yang di dalamnya terdapat banyak barang dari mulai barang dagangan ibu/bapak yang berdagang di pasar , apakah ia merupakan transportasi yang nyaman yang setia menemani hari-harimu dalam beraktifitas, apakah ia merupkan transportasi yang rawan akan pencopetan, apakah ia merupakan transportasi yang bising karena banyak pengamenya yang silih berganti keluar masuk? Terserah anda menganggapnya ia sebagai sosok yang seperti apa, tapi yang jelas disini saya akan mencoba mengupas tentang transportasi umum.


Pertama sekali saya akan mencoba menelusuri tentang sejarah adanya transportasi umum.
SEJARAH ANGKUTAN UMUM
Era Omni Bus
Ide awal penyediaan pengangkutan publik – khususnya di darat – sebenarnya telah dimulai sekitar 300 tahun yang lalu, ketika Pascal (Perancis) mulai mengoperasikan gerbong untuk penumpang yang ditarik kuda di Kota Paris pada tahun 1662. Pada awalnya, penyediaan kereta ini tidak dipungut biaya, namun pada perkembangannya kemudian mulai dikenakan biaya. Revolusi industri yang berkembang di Eropa (Perancis dan Inggris) telah membuat perkembangan kota yang sedemikian pesat, yang memunculkan adanya pemisahan zona industri (tempat bekerja) dan zona permukiman (rumah), sehingga timbul apa yang disebut dengan fenomena urban sprawl, yakni fenomena bergeraknya area permukiman kelas menengah ke atas ke daerah sub-urban, menjauhi kawasan CBD (Central Business District) yang terjadi di Inggris pada tahun 1750. Fenomena lain adalah adanya arus commuting atau komuter. Jam puncak (peak hour) juga timbul akibat adanya penumpukan arus pagi (berangkat untuk bekerja) dan arus sore (pulang), dan timbulnya efek-efek kongesti, seperti kemacetan dan kesemrawutan. Inggris mulai mengenalkan sistem transportasi massa pertamanya, yakni dengan munculnya Omni Bus oleh George Shillibeer di kota London pada 1829. Omni Bus adalah kendaraan mirip gerbong beroda besar dengan pintu masuk di belakang. Jumlah kursinya 18 hingga 20 yang ditata sejajar dan berhadap-hadapan. Model Omni Bus ini kemudian menyebar ke kota besar lain, seperti New York dan Paris pada tahun 1830-an. Pada tahun yang sama, George Stephenson meluncurkan kereta api uap yang pertama di Inggris dengan rute Liverpool – Manchester. Perkembangan omni bus berikutnya adalah omni bus susun (double decker). Omni bus inilah embrio pertama lahirnya bus bermotor seperti yang dikenal sekarang.
Era Jalan Rel (1830 – 1920)
Era jalan rel dimulai pada saat jalan tanah yang ada dirasakan mulai cepat rusak dan memperlambat aksesibilitas kereta kuda, sehingga muncul pemikiran untuk membuat jalan khusus di atas tanah yang mulanya dibuat dari kayu. Namun karena bahan kayu juga cepat rusak, maka digantikan dengan besi/rel. Kereta yang berjalan di atas rel masih tetap ditarik dengan kuda, sehingga dikenal dengan nama Horse Train Street Cars, yang diperkenalkan di New York pada 1832. Karena pada saat itu loko uap dilarang masuk area kota, maka angkutan ini cepat populer di dalam kota, bahkan di Inggris (1860). Keunggulan tram ini adalah lebih nyaman, lebih besar dan dapat mengangkut penumpang dengan jumlah banyak. Kecepatan rata-ratanya 7 km/jam. Era ini juga telah mengenal sistem pengelolaan oleh pihak-pihak swasta dalam bentuk perusahaan dan mulai terdapat persaingan ketat, khususnya pada persinggungan rute yang sama. Era berikutnya adalah kereta kabel (cable cars), yakni dengan adanya kabel di tengah rel yang ditarik dengan mesin uap, yang mulai diperkenalkan di San Fransisco pada tahun 1873. Kereta ini berkapasitas lebih besar, bahkan dapat menarik 3 (tiga) kereta dalam satu rangkaian. Biaya operasi juga rendah, meskipun investasi awalnya lebih mahal. Pada tahun 1850 juga telah dikenal dengan adanya rapid transit dengan jalur terpisah dari jalan, bahkan tidak sebidang. Inggris pada tahun 1863 juga mulai membuka jalur Metropolitan Railway, yakni jalur kereta bawah tanah dengan tenaga uap, dengan jalur Farringdon Street ke Bishop, Paddington. Lima tahun kemudian (1868) Amerika Serikat membuat jaringan kereta uap yang melayang (elevated) di New York. Kereta rel (tram) listrik pertama hadir di Chicago pada tahun 1883 dan di Toronto pada tahun 1885. Energi listrik diambilkan dari tiang yang menempel di bawah kabel yang digantung di sepanjang rel. Kecepatan rata-rata mencapai 16 km/jam. Pada 1888 kereta listrik telah dibuat dengan sistem Multiple Unit Train Control atau Kontrol Unit Berganda. Sepuluh tahun berikutnya, kereta listrik mulai dibuat di bawah tanah di Boston (AS) dan New York (1904). Kelebihan kereta listrik adalah pada sifatnya yang tidak polutif, jaringan yang lebih luas serta cocok untuk kondisi kota yang kongestif.
Era Bus dan Trolley Bus (1920 – now)
Era bus dan bus troli kembali hadir pada 1920. Banyak pertanyaan muncul, ketika era kereta telah sedemikian hebat, mengapa bus kembali populer pada awal abad 20 ? Hal ini disebabkan adanya Perang Dunia I, di mana banyak sarana rel yang dialokasikan untuk kebutuhan peperangan, krisis finansial akibat perang, serta booming mobil pribadi, sehingga angkutan massa dengan rel (yang membutuhkan investasi dan pemeliharaan mahal) menjadi terpuruk. Angkutan dengan bus kemudian hadir karena dirasa lebih efisien dengan biaya investasi yang relatif murah. Pada awalnya muncul bus bermotor di New York pada 1905, lalu berlanjut dengan adanya sistem feeder bus ke tram (1912). Tahun berikutnya (1920) hadir armada bus dengan posisi mesin di depan dan dengan pintu yang dapat diatur oleh pengemudi. Hingga tahun 30-an, bus berkembang sangat pesat. Bahkan di tahun 1939, tipikal bus telah berkembang menjadi lebih kuat, efiien, bermesin diesel, hingga persneling otomatis. Perkembangan berikutnya adalah bus tingkat (double decker) dengan konfigurasi mirip bus tidak bertingkat. Model yang cukup populer pada masa itu (1958) adalah Leyland Atlantean. Inovasi lain adalah trolley bus, yakni kombinasi antara bus dan tram. Disebut trolley karena bus dilengkapi dengan 2 (dua) tiang untuk mengambil listrik dari kabel yang tergantung di atas.
Fungsi transportasi public di Indonesia
Seperti dalam pengertian diatas, bahwa Fungsi dari transportasi umum yaitu sebagai media transportasi yang bisa digunakan untuk semua orang yang memakainya, baik untuk berangkat bekerja, sekolah, kepasar dan berbagai kepentingan yang laiya. Selain itu adanya transportasi umum memberikan alternative yang cukup menarik terutama dalam hal kemacetan, terutama pada kota-kota yang besar. Seandainya orang sadar akan hal itu dan mau menggunakan kendaraan umum dalam aktifitas sehari-harinya maka dapat dipastikan bahwa masalah kemacetan yang ada bisa ditangani.
Yang menjadi permasalahan saat ini yaitu masih belum sadarnya masyarakat akan fungsi dari kendaraan umum tersebut. Mereka lebih suka menggunakan kendaraan pribai dengan alasan bahwa lebih nyaman, lebih aman, lebih cepat, lebih bebas dan lebih bergaya. Akantetapi hal tersebut tidak semuanya berlaku lagi saat ini karena semaikn banyak orang yang menggunakan kendaraan pribadi menjadikan jalanan semakin padat hingga menyebabakan kemacetan.
Daftar Pustaka :
sejarah-angkutan-umum-di-dunia dalam : rizkibeo.wordpress.com/2007/11/10

Pemilwa ( Pemilihan Mahasiswa )

Pemilwa ( pemilihan mahasiswa ) Universitas Negeri Yogyakarta 2011
Pemilwa merupakan ajang yang bergengsi yang rutin diadakan tiap tahun dalam organisasi-organisasi intra kampus. Tujuan dari pemilwa sendiri yaitu sebagai reorganisasi kepengurusan yang bermaksud supaya organisasi tersebut lebih baik keadaanya dari sebelumnya. Adanya pemilwa ini merupakan suatu wadah dimana para mahasiswa tidak hanya terpacu pengetahuanya pada ruang segi empat saja ( kelas / perpustakkan ), akantetapi merabah ke ranah lingkungan luar kebiasaanya. Pemilwa merupakan salahsatu bentuk dari politik kampus. Akan dibawa kemanakah setahun
kedepan maka dalam pemilwa inilah akan menjawabnya.
Dari sisi lain, pemilwa adalah ajang bagi mahasiswa dalam peningkatan kapasitas diri. Kapasitas atau daya tampung diri terhadap berbagai macam ilmu, wawasan, dan pengalaman. Dari masa persiapan, pendaftaran peserta, verifikasi, kampanye, pemungutan suara, pengumuman sampai pada penetapan hasil pemilwa adalah sarat wawasan, ilmu, dan pengalaman. Bagaimana tidak demikian, elemen yang terlibat dalam pemilwa ini mayoritas adalah mahasiswa itu sendiri, yaitu meliputi Komisi Pemilhan Umum, Pengawas Pemilu, Badan Independen, Peserta, dan Pemilih.

Dalam redaksi yang lain dapat dikatakan bahwasanya semua rangkaian tahapan dalam pemilwa ini kaya akan nilai pembelajaran bagi mahasiswa. Ada pencerdasan politik di dalamnya. Semua elemen yang terlibat dalam pemilwa dituntut untuk melaksanakan perannya masing-masing secara optimal.

Komisi Pemilihan Umum ( KPU ) adalah elemen yang paling bertanggung jawab atas terselenggarakannya pemilwa secara benar, adil, sportif, dan merdeka. Benar ditinjau dari asas kejujuran dan ketaatan pada prinsip kebenaran yang semestinya. Adil dinilai dari sisi mengangkat hak dengan sama rata dalam mengambil kebijakan dan keputusan atas perkara. Tidak ada keberpihakan terhadap kelompok tertentu. Sportif dilihat dari terlepasnya KPU dalam tindak kecurangan dan kesesuaian sikap terhadap peraturan yang berlaku. Merdeka dalam arti terlepas dari intervensi dari pihak tertentu, dari tekanan manapun, atau dominansi dari elemen tertentu.

Pengawas Pemilu merupakan elemen yang terpenting dalam melakukan kontrol pengawasan terhadap jalannya pemilwa, bermula dari persiapan sampai dengan penetapan hasil pemilwa. Harapannya dengan posisisnya sebagai pengawas, para anggota Panwaslu memang benar-benar melakukan pengawasan terhadap jalannya pemilwa. Apakah terlaksana secara benar, adil, sportif, dan merdeka atau malah sebaliknya? Apalagi saat hari pemilihan yang rawan sekali dengan adanya makar-makar pihak tertentu. Panwaslu dituntut peka dan kritis dalam hal ini.

Dalam pelaksanaan pemilwa yang ada di UNY ini serentak dilaksanakan pada tanggal 16 desember 2010. Dimana pada saat itu adalah pemilihan ketua BEM REMA, Ketua Bem Fakultas, Ketua HIMA dari masing2 jurusan/ prodi dan pemilihan DPM ( dewan perwakilan mahasiswa). Saat pemilwa berlangsung keadaanya di beberapa fakultas terlihat sepi. Hal ini menandakan bahwa mahasiswa saat ini tidak begitu tertarik dalam dunia perpolitikan dengan demikian keadaan demokrasi di kampus perlu ditanyakan . KPU menyebutkan bahwa dari total suara sebanyak 18.800 hanya sekitar 13.427 yang mencontreng dengan 11.343 suara sah dan 2084 suara yang tidak sah.
Dari pemilihan yang dilakuakan pada tahap prodi/jurusan dan fakultas keadaan perpolitikan antara para calon terlihat baik-baik saja dan tidak begitu mendapati banyak masalah atau kecurangan-kecurangan. Akatetapi dalam ranah Universitas dari tahun ketahun masih ada saja kecurangan yang dilakukan oleh para oknum yang kurang bertanggungjawab. Hal ini pun terjadi pada pemilihan mahasiswa tahun ini. Dari hasil KPU menyebutkan bahwa akumulasi pelanggaran selama kampanye pada beberapa partai dan kadernya yaitu mencapai 20% dan bahkan ada yang mencapai 65 %.
Hal ini tentunya merupakan fakta yang menyedihkan di negeri ini. Bagaimana mungkin kedepan Indonesia akan lebih baik jikala generasi muda, generasi harapan penerus bangsa yang ada saat ini sudah menunjukan benih-benih keburukanya, terutama dalam hal politik.
Daftar pustaka :
KPU ( komisi pemilihan umum ) Republik mahasiswa UNY dalam berita edaran hasil Pemilwa.
Bem REMA UNY dalam www.bemremauny.com

Be Differ

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Online Project management